Cerita Sex Kisah nikmat di bus & mertua -
Cerita Sex Kisah nikmat di bus & mertua –

Cerita Sex Kisah nikmat di bus & mertua – Gairahpria.com Saya duduk di kantor agen bus malam sore itu. Saya akan pergi ke Jambi, ke rumah mertua saya. Bapak mertua saya di rawat di rumah sakit, demikian berita yang diterima oleh istri saya dari adiknya.
Sewaktu saya membeli tiket bus, dari pihak penjulan tiket mengatakan pada saya bahwa bus akan diberangkatkan ke Purwokerto jam 5 sore, tapi saya baru bisa naik ke bus jam 5. Saya duduk di kursi nomor 3B. Sampai bus berangkat dari agen, kursi nomor 2A masih kosong. Entah bus sampai dimana, saya tidak tahu, saya terbangun karena mendengar suara ribut di atas kepala saya.
Rupanya kenek bus sedang menyimpan barang bawaan seorang penumpang di locker bus, yaitu seorang wanita berjilbab membawa seorang anak kecil berumur kira-kira 2 tahun sekitar. Wanita berjilbab dengan postur tubuh kurus tinggi inilah yang kemudian menempati kursi di sebelah saya, kursi nomor 2A. gairahpria.com
“Mau ke Jambi juga ya, Mbak?” tanya saya.
“Nggak, ke Medan!” jawabnya singkat.
Setelah itu kami diam. Bus kembali di berangkatkan. Uu… wekk… nah, lho… Mbak yang duduk di sebelah saya mau muntah. Ia buru-buru mencari kantong kresek di tasnya. Belum selesai ia mencari kantong kresek, anaknya menangis.
Ngeribet sekali saya melihat si Mbak ini, mau membantu saya tidak bisa. Dengan lirikan mata, saya melihat dia merogoh bajunya. Benar saja, kemudian si Mbak mengeluarkan Teteknya untuk si anak. Teteknya yang kecil itu, tidak ditutupinya dengan Ujung jilbabnya. Uu… wekk… wekk.. wekk… si Mbak muntah di kantong kresek.
Penumpang masa bodoh amat, saya nggak tahan apda posisi itu. Bagaimana kalau saya membantu meringankan penderitaan si Mbak ini, kata saya dalam hati. Sewaktu bus berhenti lagi dan saya turun mencari WC, saya baru ingat, lebih baik saya belikan si Mbak minyak angin, air minum dan beberapa lembar kantong plastik kresek.
Si Mbak mau menerima pemberian saya. Sembari saya membantu membukakan tutup botol air minum, saya bertanya pada si Mbak, “Mbak tinggalnya di Medan, ya?”
“Nggak, Medan itu rumah ibu saya. Ibu saya sakit, saya mau pulang tengokin. Saya tinggal di Jakarta.” jawabnya jelas, lalu ia minum air dengan sedotan.
Selesai ia minum, saya tanya lagi, “Suami nggak ikut?”
“Dia masih kerja, sesok Jumat nyusul,”
“Suami kerja dimana?”
“Di bengkel…” jawabnya sambil mengoles minyak angin ke keningnya, di leher dan di hidungnya.
Bus kembali melaju di jalan berdebu. Lampu bus dimatikan. Saya melihat si ibu berjilbab biru dan rok panjang bunga-bunga ini bisa bersandar dengan tenang.
“Pak, AC boleh bantu dimatikan? Dingin!” kata si Mbak.
Saya berdiri memutar corong AC bus ke arah lain. Baru saya duduk sebentar, si Mbak u..wekk.. u.. week lagi. Ia buru-buru menadah kantong plastik di mulutnya.
“Mbak, sini saya bantu,” kata saya memberanikan diri menjulurkan tangan saya ke kantong plastiknya.
Si Mbak mengizinkan saya membantunya. Sembari saya menadahkan kantong plastik di depan mulut si Mbak, saya memijit bagian belakang lehernya pelan-pelan dengan minyak angin, ia tidak menolak. Setelah itu ia bersandar di kursi dan kantong plastik muntahannya saya taruh di bawah kursi, saya bersandar juga.
Apa yang terjadi kemudian, sungguh di luar dugaan saya. Si Mbak memiringkan tubuhnya lalu menyandarkan kepalanya di bahu saya. Akhh, si Mbak sungguh-sungguh membuat jantung saya berdegub nggak karu-karuan.
“Mau muntah lagi?” tanya saya.
Ia menggeleng. Saya melihat anaknya tertidur pulas dalam pangkuannya tidak mengisap tetek lagi. Dan berhubung dia sudah berani menyandarkan kepalanya di bahu saya, saya menjulurkan tangan saya ke pundaknya, lalu memeluknya. “Nama Mbak, Lisa ya? tanya saya.
Ia menepuk paha saya. Saya ingin tertawa. Lalu saya memegang tangannya yang dipakai menepuk paha saya itu. Ia tidak menolak. Saya meremas tangannya dengan lembut. Ia menengadah memandang wajah saya.
Saya tersenyum. Ia juga tersenyum. Kemudian saya mencoba menunduk ke bibirnya. Ia memejamkan matanya saat saya mencium bibirnya dan dengan lembut, ia membalas ciuman saya. Indah sekali. Kontol saya tidak tahan, berdenyut-denyut rasanya merasakan bibir si Mbak ini.
Tiba-tiba lampu bus menyala terang. Saya menyesal. Si Mbak buru-buru duduk bersandar tegak di tempatnya dan melepaskan tangannya yang saya pegang.
“Mbak nggak mau pipis atau mau makan sesuatu?” tanya saya. “Nanti anak Mbak saya bantu gendong.” kata saya. “Ayo kita turun…” .saya menggenggam pergelangan tangannya.
Ia memberikan anaknya pada saya, lalu ia berdiri merapikan pakaiannya. Maksud saya, ia memasukkan kembali teteknya ke dalam bajunya. Kami turun dari bus.
Di tempat istirahat, saya antar si Mbak ke WC wanita. Selesai ia kencing, saya kemudian kencing, lalu kami makan. Perut kenyang, kami kembali duduk di dalam bus. Anaknya merengek. Si Mbak merogoh teteknya untuk anaknya. Bus masih terang, ia menutupi teteknya dengan ujung jilbabnya.
Saya tidak sabar menunggu bus kembali melaju. Ketika itu terjadi dan lampu bus dimatikan, saya tidak mau menunggu lama-lama lagi. Segera tangan saya memeluk si Mbak, bibirnya saya lumat. Si Mbak menjulurkan lidahnya ke mulut saya. Kami saling memelintir lidah dan pada saat yang sama, teteknya yang lembut dan berpentil besar itu, berhasil saya pegang.
Saya meremas-remas teteknya sampai keluar air, lalu saya hisap pentilnya. Sayapun menghisap yang sebelah kiri, anaknya menghisap yang sebelah kanan sambil membuka ritseting celana panjangku, lalu saya keluarkan kontol yang sudah tegang.
Saya tarik tangan si Mbak ke kontol saya. Ia mau menggenggam batang kontol saya dan diremas-remasnya pelan-pelan batang kontol saya. “gairahpria.com!” bisik saya. Ia mencubit paha saya.
Saya mengharapkan bus tidak cepat-cepat sampai di Medan. Tadi perjalanan serasa membosankan, sekarang sangat menyenangkan. Saya berbisik ke telinganya lagi, “Boleh minta memek?”
Kali ini si Mbak tidak mencubit paha saya. Ia sibuk melepaskan celana panjang yang berada di dalam rok panjangnya sambil ia menggendong anaknya. Saya tidak mau sampai ia melepaskan celana panjangnya semua, cukup ia turunkan sampai ke pahanya, kemudian saya merogoh memeknya dengan tangan saya.
Jari telunjuk dan jari tengah saya berhasil saya masukkan ke lubang memek si Mbak yang telah basah kuyup itu. Saya kocok dan saya korek lubang memeknya dengan kedua jari saya, hingga napasnya terengah-engah, lalu ia melenguh pelan, “Oooo…oooohhhh…”
Mungkin si Mbak orgasme!
Karena kemudian ia menarik tangan saya keluar dari pahanya. Saat itu, terus terang, saya tidak berani mendekatkan tangan saya ke hidung saya. Cairan memek si Mbak menyengat hidung, baunya persis seperti terasi busuk!
Saya pun tidak berani menyentuh si Mbak. Sampai bus berhenti lagi, si Mbak berkata pada saya, “Pak, antar saya kencing,”
Terpaksa saya memegang anaknya dengan tangan bau. Si Mbak bangun dari kursinya sekaligus ia melepaskan celana panjangnya, lalu dimasukkan ke dalam tasnya.
Sembari berjalan mencari WC umum, saya berbisik di telinganya, “Sekalian kita cari tempat buat ngentot ya, Mbak? Mau nggak?”
“Nanti saya hamil!” jawabnya.
“Saya keluarkan di luar…” jawab saya.
“Nggak…!” ia bertahan.
“Saya bayar Mbak deh, berapa?”
“Dua 1 ya…?” ia menawarkan harga.
“Kita cari tempat…” kata saya senang sekali sewaktu saya melihat sopir bus kami sedang duduk minum kopi di warung dengan beberapa sopir bus sambil merokok, berarti bus akan berhenti lama.
Saya berhasil mendapatkan WC. Saya tidak peduli dengan penumpang lain yang lagi cuci muka atau merokok di dekat WC. Mereka tidak mungkin akan menyangka kami mencari tempat untuk ngentot, soalnya si Mbak membawa anaknya masuk ke WC. Saya kunci pintu.
Sembari menggendong anaknya si Mbak menghadapkan pantatnya ke kontol saya. Satu tangannya bertumpu di dinding WC. Saya menghujamkan kontol saya ke lubang memek si Mbak dari belakang, lalu saya setubuhi lubang memeknya menggenjot secepat-cepatnya supaya air mani saya cepat keluar. Urusan nikmat, urusan kedua. Yang penting saya berhasil menyetubuhi wanita berjilbab ini, meskipun harus keluar uang 200 ribu rupiah.
Saya hujamkan sedalam-dalamnya kontol saya ke lubang memek si Mbak saat air mani saya mau keluar. CROOOTTTT…. CRROOOTTTT…. CRROOTTTT…. setelah saya tumbahkan air mani saya di rahimnya, secepatnya saya cabut kontol saya.
“Uughhh… Bapak, tadi katanya nggak mau keluar di dalam!” omel si Mbak.
“Kan saya bayar, kecuali saya gratis…” jawab saya buru-buru merapikan pakaian saya.
Saya tidak cuci lagi kontol saya meskipun berbau memeknya si Mbak. Saya keluar dari WC, lalu pindah ke WC lain mencuci kontol saya. Setelah itu, saya tidak menunggu si Mbak lagi. Saya kembali ke bus, ternyata si Mbak sudah berada di dalam bus.
“Tadi saya cari, kemana?” ia bertanya pada saya.
“Minum kopi,” jawab saya.
Ia memegang tangan saya, saya biarkan. “Pak, marah ya?”
“Nggak,” jawab saya. “Habis ngentot, ngantuk!”
Kemudian tangannya meraba-raba celana saya dan jari jemarinya memijit-mijit kontol saya. “Sini keluarin, saya kocok!” katanya setelah bus melaju lagi dan lampu dimatikan.
Saya melihat jam di hape saya sudah hampir jam 1 pagi. Tidak terasa. Saya buka ritsleting celana saya, dan saya keluarkan kontol saya. Si Mbak meremas-remas kontol saya sampai tegang lagi. Ia mencium pipi saya. “Pak, mau ngisep tetek?” ia berbisik di telinga saya.
Si Mbak mengeluarkan teteknya dari bajunya. Saya hisap air “susu murni” itu. Sewaktu bus berhenti lagi, saya ngajak si Mbak ngentot lagi di WC. Kali ini ia tidak menarik bayaran dari saya.
Sekitar jam 4 pagi, si Mbak turun di terminal Medan. Petualangan seks saya di dalam bus berakhir!
Bersambung…
Jam 7 lewat 10 pagi saya turun di depan rumah mertua saya dengan taksi online dari terminal Purwokerto. “Tomo, ngapain kamu repot-repot datang kemari? Bapakmu sudah pulang dari rumah sakit. Bapakmu hanya muntah-muntah, kok…!” sambut ibu mertua saya.
“Nggak apa-apa to, Bu? Kan sudah delapan atau sembilan bulan saya nggak kemari? Bapak dimana, Bu?”
“Lagi sarapan di dapur! Capek nggak kamu?” tanya ibu mertua saya.
“Capek sih nggak Bu, tapi kalau ada orang yang disuruh pijitin mau sih Bu!”
“Sarapan dulu, nanti Ibu pijitin!”
Huuhh….
“Saya mau mandi dulu, Bu…” jawab saya, kemudian saya menemui bapak mertua saya yang sedang sarapan di dapur.
Laki-laki yang dulu gagah ini sekarang duduk di kursi roda, padahal usianya baru 55 tahun. Ia kena serangan stroke 2 tahun yang lalu. Ngomongnya pun cadel, nggak jelas suaranya.
Saya ngambil handuk di tas, lalu masuk ke kamar mandi. Saya sudah mencuci dengan sabun sebersih-bersihnya jari saya yang tadi saya pakai mengorek lubang memek si Mbak, tapi jari saya masih tercium bau memek si Mbak secara samar-samar. Bau terasi itu melekat sampai begitu kuatnya di jari saya seperti lem Ai** Ai**n!
Selesai mandi, saya sarapan dengan tempe mendoan kesukaan saya. “Kalau mau istirahat, istirahat saja, Bal! Kamar kamu sudah Ibu siapkan!” kata ibu mertua saya setelah saya sarapan.
Saya duduk ngobrol sebentar dengan bapak mertua saya. Rumah besar itu hanya dihuni oleh bapak mertua saya dan ibu mertua saya. Anak mereka hanya 2 orang. Kedua-duanya perempuan. Istri saya anak nomor 1. Adiknya masih kuliah di Solo.
Saya pergi istirahat di kamar yang telah disiapkan oleh ibu mertua saya. Dalam tidur saya, saya bermimpi seperti dikejar-kejar oleh suami si Mbak dengan golok, karena saya telah menghamili istrinya. Saya terbangun dengan ketakutan.
Ternyata ibu mertua saya sedang menyusun pakaian yang sudah disetrikanya di lemari pakaian. “Bu…!” panggil saya setelah ia selesai menutup pintu lemari.
Ia melangkah mendekati saya. Saya memegang tangannya. Ia duduk di samping saya. “Mau dipijitin?” ia bertanya pada saya.
Entah saya mendapat keberanian dari mana, tiba-tiba saya memeluk pinggangnya yang berisi itu. “Ibu belum mandi, jangan ngajak baring, masih bau dapur!” katanya.
Wahhh…
“Nggak apa-apa to, Bu? Bau dapur lebih asli dari bau parfum…” jawab saya. Entah saya ambil kata-kata tersebut dari mana. Selesai ngomong baru saya bingung sendiri.
Ibu mertua saya menaikkan kedua kakinya di tempat tidur, lalu merebahkan tubuhnya di samping saya. Saya menarik pinggangnya yang masih saya pegang itu, sehingga ia bergerak memiringkan tubuhnya. Bersamaan dengan itu saya seret kepala saya turun dari bantal.
Sehingga pas sewaktu ibu mertua saya berbaring miring, saya juga berbaring miring, kemudian saya mencium tetek ibu mertua saya yang masih terbungkus daster dan BH itu. Tetek ibu mertua saya lumayan besar. Jika mau diukur dengan ukuran BH, nomornya 38B.
Ia juga memeluk saya, sehingga saya pun melumat-lumat teteknya yang kenyal itu. “Ooo… Tomoo… ooo… nakal kamu…”
“Bapak sakit begini, saya tau Ibu pasti kesepian… “ kata saya.
“Oo… kamu datang kesini, karena itu?” ia bertanya pada saya.
“Nggak, sampai disini saya melihat Ibu, baru kepikir oleh saya. Bener nggak Bu, Ibu kesepian?” tanya saya.
“Jangan ngarang kamu, ngomong aja pengen! Ibu kesepian apa, sudah tua begini…? Naik cepetan, nanti Ibu keburu dipanggil sama Bapak kamu!”
Saya menyibak dasternya, ternyata ia tidak memakai celana dalam. Pantesan ia suruh saya naik ke tubuhnya. Bulu jembutnya hanya sedikit. “Akkh… pakai buka segala, ngeribetin!” katanya saat saya menarik dasternya ke atas.
Ia ngedumel begitu, tapi ia bangun juga dari tempat tidur melepaskan dasternya. Saya melepaskan kaos yang saya pakai, kemudian celana pendek dan celana dalam saya. Kemudian kontol saya menegang saat saya melihat tetek ibu mertua saya yang montok itu, tapi gak ada aerolanya, gak ada pentilnya.
Pantesan istri saya pernah ngomong sama saya bahwa ia dibesarkan dengan susu formula. Ini to alasannya?
Saya mencium tetek ibu mertua saya. “Nggak bisa diisep, nggak ada putingnya, Bal.” kata ibu mertua saya pada saya. “Makanya Ibu malu, beda sendiri tetek Ibu dengan yang lain…”
“Bagi saya yang penting bukan tetek Ibu Bu, tapi ini…” saya memegang memek ibu mertua saya.
“Akhh… kamu… masukin cepat…!” suruhnya.
Saya menuju ke selangkangannya. “Nggak mau akhh… ibu, pakai cium-cium segala. Ibu risih.. Ibu nggak biasa begitu..”
Tapi saya nekat saja. Saya buka lebar pahanya. “Tomo… Tomoo… Tomooo… duuhhh… aaahhh… dduhhh… “ jerit ibu mertua saya saat saya menjilat memeknya, ia menjepit kepala saya kuat-kuat dengan pahanya.
Saya bongkar rahasia kewanitaannya dengan lidah. “Tommooo… aahhh… jangan, Tomoo… sudah, Toommooo…!!”
Saya tidak melepaskan. Saya dorong lidah saya masuk ke lubang memek ibu mertua saya yang sudah kering itu, saya puterin dinding-dindingnya membuat ibu mertua saya menjerit semakin histeris.
Lalu saya gigit itilnya. Paha ibu mertua saya langsung kaku beberapa saat, napasnya tersengal-sengal. “Tomooo… aaarrgghhh…. Tomo…. Tomoooo…. Tommmoooo… Tommmoooooo….”
Saya tahu ia orgasme, karena sebentar kemudian ia sudah terbaring lemas. Saya kemudian memeluk ibu mertua saya. “Ganjen kamu! Ibu dibikin sampai lemes begini…” katanya.
“Tapi enak kan, Bu?”
Ia mencubit pinggang saya. Saya mencium bibirnya. “Tomo…” ibu mertua saya panggil pelan nama saya.
“Saya sayang Ibu…”
“Ibu juga sayang kamu, Tomo… tapi jangan sampai ketahuan sama istrimu, ya..? Naiklah ke tubuh Ibu… ayo…”
Saya pun naik ke tubuh telanjang ibu mertua saya. Ia memegang kontol saya yang tegang, lalu ditekannya ke lubang memeknya yang sudah saya bikin basah dengan ludah.
“Oooo… Balige, penismu besarr…” desahnya saat saya mendorong masuk kontol saya ke lubang memeknya.
“Enak nggak, Bu?”
“Sudah lama nggak begini, enak Tomo…”
Pelan-pelan saya tarik-tekan keluar-masuk batang kontol saya yang keras itu di lubang memek ibu mertua saya. “Ooo… Tomo…“ desahnya.
Saya cium bibirnya. Dengan lembut pula ia membalas ciuman saya. Saya teringat dengan si Mbak. Apa kabarnya ia sekarang? Apa ia teringat dengan saya juga?
Saya pompa terus secara berirama lubang memek ibu mertua saya sembari saya hisap kulit teteknya. Saya bikin cupang di kulit tetek ibu mertua saya yang putih halus itu.
Tiba-tiba ibu mertua saya menjerit. “Tomo… Tomoo… enak sekali memek Ibu, Tomooo….”
Saat itu saya bisa merasakan memek ibu mertua saya meremas-remas batang kontol saya. Ia orgasme untuk yang kedua kalinya. Saya hentikan pompaan saya membiarkan ia menikmati orgasmenya. “Duuhhh… Tomoo… gilaa… kamu buat Ibu 2 kali begitu….” katanya.
“Iya Bu, main seks itu harus begini. Kalau nggak begini, bukan main seks namanya…”
“Tapi lemes, Ibu…”
“Setelah ini, Ibu pasti akan seger sesegar bunga yang mekar di pagi hari…! Nanti sebulan sekali saya datang ke sini ya, Bu. Supaya Bapak atau Nelly nggak curiga, saya datang ke hotel, nanti saya telepon Ibu. Mau kan Ibu?”
Ibu mertua saya memeluk saya erat-erat. Kontol saya tanpa keluar air mani pun rasanya begitu nikmat bersatu dan saling melekat dengan memek ibu mertua saya.
Siangnya saya pulang dari mall saya mendatangi ibu mertua saya yang sedang memasak di dapur. “Kamu sudah makan, Balige?” tanya ibu mertua saya.
“Tadi makan mie ayam Bu, masih kenyang. Tangan Ibu mana?”
“Kenapa?”
“Saya mau lihat,”
Ibu mertua saya menjulurkan tangannya yang basah pada saya. Saya pegang jari manisnya, lalu… ibu mertua saya langsung merangkul leher saya kuat-kuat, setelah saya masukkan cicin emas ke jari manisnya.
Malam harinya ia benar-benar tidak melepaskan saya. Ia tidur dengan saya. Saya memeluk ia erat-erat, sambil saya benamkan kontol saya di dalam memeknya. Betapa nikmatnya. Saya tidak melepaskan kontol saya dari lubang memek ibu mertua saya sampai pagi!
|GAIRAHPRIA.COM (MATAUANGSLOT) |GAIRAHPRIA.COM