Cerita Sex Kisah gadis cantik digagahi tukang becak -

Cerita Sex Kisah gadis cantik digagahi tukang becak – Gairahpria.com Dia adalah anak bungsu dari lima bersaudara, ayahnya adalah seorang pejabat yang kini bersama ibunya tengah bertugas di ibukota, sedang kakak-kakaknya tinggal di berbagai kota di pulau jawa ini karena keperluan pekerjaan atau kuliah. Maka tinggallah Evalina seorang diri di rumah tersebut, terkadang dia juga ditemani oleh sepupunya yang mahasiswi dari sebuah universitas negeri ternama di kota itu.
Sebagai anak ABG yang mengikuti trend masa kini, Evalina sangat gemar memakai pakaian yang serba ketat termasuk juga seragam sekolah yang dikenakannya sehari-hari. Rok abu-abu yang tingginya beberapa senti di atas lutut sudah cukup menyingkapkan kedua pahanya yang putih mulus, dan ukuran roknya yang ketat itu juga memperlihatkan lekuk body tubuhnya yang sekal menggairahkan sekali ahh. GAIRAHPRIA.COM
Penampilannya yang aduhai ini tentu mengundang pikiran buruk para laki-laki, dari yang sekedar menikmati kemolekan tubuhnya sampai yang berhasrat ingin menggagahinya. Salah satunya adalah Pak Sukarto, si tukang becak yang mangkal di depan gang rumah Evalina. Pak Sukarto, pria berusia 39 tahunan itu, memang seorang pria yang berlibido tinggi, birahinya sering naik tak terkendali apabila melihat gadis-gadis cantik dan seksi melintas di hadapannya.
Sosok pribadi Evalina memang cukup supel dalam bergaul dan sedikit genit termasuk kepada Pak Sukarto yang sering mengantarkan Evalina dari jalan besar menuju ke kediaman Evalina yang masuk ke dalam gang.
Suatu sore, Evalina pulang dari sekolah. Seperti biasa Pak Sukarto mengantarnya dari jalan raya menuju ke rumah. Sore itu suasana agak mendung dan hujan rintik-rintik, keadaan di sekitar juga sepi, maklumlah daerah itu berada di pinggiran kota YK.
Dan Pak Sukarto memutuskan saat inilah kesempatan terbaiknya untuk melampiaskan hasrat birahinya kepada Evalina. Ia telah mempersiapkan segalanya, termasuk lokasi tempat dimana Evalina nanti akan dikerjai. Pak Sukarto sengaja mengambil jalan memutar lewat jalan yang lebih sepi, jalurnya agak jauh dari jalur yang dilewati sehari-hari karena jalannya memutar melewati areal pekuburan. “Lho koq lewat sini Pak?”, tanya Evalina.
“Di depan ada kawinan, jadi jalannya ditutup”, bujuk Pak Sukarto sambil terus mengayuh becaknya.
Dengan sedikit kesal Evalina pun terpaksa mengikuti kemauan Pak Sukarto yang mulai mengayuh becaknya agak cepat. Setelah sampai pada lokasi yang telah direncanakan Pak Sukarto, yaitu di sebuah bangunan tua di tengah areal pekuburan, tiba-tiba Pak Sukarto membelokkan becaknya masuk ke dalam gedung tua itu.
“Lho kenapa masuk sini Pak?”, tanya Evalina.
“Hujan..”, jawab Pak Sukarto sambil menghentikan becaknya tepat di tengah-tengah bangunan kuno yang gelap dan sepi itu. Dan memang hujan pun sudah turun dengan derasnya.
Bangunan tersebut adalah bekas pabrik tebu yang dibangun pada jaman belanda dan sekarang sudah tidak dipakai lagi, paling-paling sesekali dipakai untuk gudang warga. Keadaan seperti ini membuat Evalina menjadi semakin panik, wajahnya mulai terlihat was-was dan gelisah.
“Tenang.. Tenang.. Kita santai dulu di sini, daripada basah-basahan sama air hujan mending kita basah-basahan keringat..”, ujar Pak Sukarto sambil menyeringai turun dari tempat kemudi becaknya dan menghampiri Evalina yang masih duduk di dalam becak.
Bagai tersambar petir Riskapun kaget mendengar ucapan Pak Sukarto tadi.
“A.. Apa maksudnya Pak?”, tanya Evalina sambil terbengong-bengong.
“Non cantik, kamu mau ini?” Pak Sukarto tiba-tiba menurunkan celana komprangnya, mengeluarkan penisnya yang telah mengeras dan membesar.
Evalina terkejut setengah mati dan tubuhnya seketika lemas ketika melihat pemandangan yang belum pernah dia lihat selama ini.
“J.. Jaangan Pak.. Jangann..” pinta Evalina dengan wajah yang memucat.
Sejenak Pak Sukarto menatap tubuh Evalina yang menggairahkan, dengan posisinya yang duduk itu tersingkaplah dari balik rok abu-abu seragam SMU-nya kedua paha Evalina yang putih bersih itu. Kaos kaki putih setinggi betis menambah keindahan kaki gadis itu. Dan di bagian atasnya, kedua buah dada ranum nampak menonjol dari balik baju putih seragamnya yang berukuran ketat.
“Ampunn Pak.. Jangan Pak..”, Evalina mulai menangis dalam posisi duduknya sambil merapatkan badan ke sandaran becak, seolah ingin menjaga jarak dengan Pak Sukarto yang semakin mendekati tubuhnya.
Tubuh Evalina mulai menggigil namun bukan karena dinginnya udara saat itu, tetapi tatkala dirasakannya sepasang tangan yang kasar mulai menyentuh pahanya. Tangannya secara refleks berusaha menampik tangan Pak Sukarto yang mulai menjamah paha Evalina, tapi percuma saja karena kedua tangan Pak Sukarto dengan kuatnya memegang kedua paha Evalina.
“Oohh.. Jangann.. Pak.. Tolongg.. Jangann..”, Evalina meronta-ronta dengan menggerak-gerakkan kedua kakinya. Akan tetapi Pak Sukarto malahan semakin menjadi-jadi, dicengkeramnya erat-erat kedua paha Evalina itu sambil merapatkan badannya ke tubuh Evalina.
Evalina pun menjadi mati kutu sementara isak tangisnya menggema di dalam ruangan yang mulai gelap dan sepi itu. Kedua tangan kasar Pak Sukarto mulai bergerak mengurut kedua paha mulus itu hingga menyentuh pangkal paha Evalina. Tubuh Evalina menggeliat ketika tangan-tangan Pak Sukarto mulai menggerayangi bagian pangkal paha Evalina, dan wajah Evalina menyeringai ketika jari-jemari Pak Sukarto mulai menyusup masuk ke dalam celana dalamnya.
“Iihh..”, pekikan Evalina kembali menggema di ruangan itu di saat jari Pak Sukarto ada yang masuk ke dalam liang vaginanya.
Tubuh Evalina menggeliat kencang di saat jari itu mulai mengorek-ngorek lubang kewanitaannya. Desah nafas Pak Sukarto semakin kencang, dia nampak sangat menikmati adegan ‘pembuka’ ini. Ditatapnya wajah Evalina yang megap-megap dengan tubuh yang menggeliat-geliat akibat jari tengah Pak Sukarto yang menari-nari di dalam lubang kemaluannya.
“Cep.. Ceep.. Ceeep..”, terdengar suara dari bagian selangkangan Evalina. Saat ini lubang kemaluan Evalina telah banjir oleh cairan kemaluannya yang mengucur membasahi selangkangan dan jari-jari Pak Sukarto.
Puas dengan adegan ‘pembuka’ ini, Pak Sukarto mencabut jarinya dari lubang kemaluan Evalina. Evalina nampak terengah-engah, air matanya juga meleleh membasahi pipinya. Pak Sukarto kemudian menarik tubuh Evalina turun dari becak, gadis itu dipeluknya erat-erat, kedua tangannya meremas-remas pantat gadis itu yang sintal sementara Evalina hanya bisa terdiam pasrah, detak jantungnya terasa di sekujur tubuhnya yang gemetaran itu. Pak Sukarto juga menikmati wanginya tubuh Evalina sambil terus meremas remas pantat gadis itu.
Selanjutnya Pak Sukarto mulai menikmati bibir Evalina yang tebal dan sensual itu, dikulumnya bibir itu dengan rakus bak seseorang yang tengah kelaparan melahap makanan.
“Eemmgghh.. Mmpphh..”, Evalina mendesah-desah di saat Pak Sukarto melumat bibirnya. Dikulum-kulum, digigit-gigitnya bibir Evalina oleh gigi dan bibir Pak Sukarto yang kasar dan bau rokok itu. Ciuman Pak Sukarto pun bergeser ke bagian leher gadis itu.
“Oohh.. Eenngghh..”, Evalina mengerang-ngerang di saat lehernya dikecup dan dihisap-hisap oleh Pak Sukarto.
Cengkeraman Pak Sukarto di tubuh Evalina cukup kuat sehingga membuat Evalina sulit bernafas apalagi bergerak, dan hal inilah yang membuat Evalina pasrah di hadapan Pak Sukarto yang tengah memperkosanya. Setelah puas, kini kedua tangan kekar Pak Sukarto meraih kepala Evalina dan menekan tubuh Evalina ke bawah sehingga posisinya berlutut di hadapan tubuh Pak Sukarto yang berdiri tegak di hadapannya. Langsung saja oleh Pak Sukarto kepala Evalina dihadapkan pada penisnya.
“Ayo.. Jangan macam-macam non cantik.. Buka mulut kamu”, bentak Pak Sukarto sambil menjambak rambut Evalina.
Takut pada bentakan Pak Sukarto, Evalina tak bisa menolak permintaannya. Sambil terisak-isak dia sedikit demi sedikit membuka mulutnya dan segera saja Pak Sukarto mendorong masuk penisnya ke dalam mulut Evalina.
“Hmmphh..”, Evalina mendesah lagi ketika benda menjijikkan itu masuk ke dalam mulutnya hingga pipi Evalina menggelembung karena batang kemaluan Pak Sukarto yang menyumpalnya.
“Akhh..” sebaliknya Pak Sukarto mengerang nikmat. Kepalanya menengadah keatas merasakan hangat dan lembutnya rongga mulut Evalina di sekujur batang kemaluannya yang menyumpal di mulut Evalina.
Evalina menangis tak berdaya menahan gejolak nafsu Pak Sukarto. Sementara kedua tangan Pak Sukarto yang masih mencengkeram erat kepala Evalina mulai menggerakkan kepala Evalina maju mundur, mengocok Kontolnya dengan mulut Evalina. Suara berdecak-decak dari liur Evalina terdengar jelas diselingi batuk-batuk.
Beberapa menit lamanya Pak Sukarto melakukan hal itu kepada Evalina, dia nampak benar-benar menikmati. Tiba-tiba badan Pak Sukarto mengejang, kedua tangannya menggerakkan kepala Evalina semakin cepat sambil menjambak-jambak rambut Evalina. Wajah Pak Sukarto menyeringai, mulutnya menganga, matanya terpejam erat dan..
“Aakkhh..”, Pak Sukarto melengking, croot.. croott.. crroott..
Seiring dengan muncratnya cairan putih kental dari kemaluan Pak Sukarto yang mengisi mulut Evalina yang terkejut menerima muntahan cairan itu. Evalina berusaha melepaskan batang penis Pak Sukarto dari dalam mulutnya namun sia-sia, tangan Pak Sukarto mencengkeram kuat kepala Evalina. Sebagian besar sperma Pak Sukarto berhasil masuk memenuhi rongga mulut Evalina dan mengalir masuk ke tenggorokannya serta sebagian lagi meleleh keluar dari sela-sela mulut Evalina.
“Ahh”, sambil mendesah lega, Pak Sukarto mencabut batang kemaluannya dari mulut Evalina.
Nampak batang penisnya basah oleh cairan sperma yang bercampur dengan air liur Evalina. Demikian pula halnya dengan mulut Evalina yang nampak basah oleh cairan yang sama. Evalina meski masih dalam posisi terpaku berlutut, namun tubuhnya juga lemas dan shock setelah diperlakukan Pak Sukarto seperti itu.
“Sudah Pak.. Sudahh..” Evalina menangis sesenggukan, terengah-engah mencoba untuk ‘bernego’ dengan Pak Sukarto yang sambil mengatur nafas berdiri dengan gagahnya di hadapan Evalina.
Nafsu birahi yang masih memuncak dalam diri Pak Sukarto membuat tenaganya menjadi kuat berlipat-lipat kali, apalagi dia telah menenggak jamu super kuat demi kelancaran hajatnya ini sebelumnya. Setelah berejakulasi tadi, tak lama kemudian nafsunya kembali bergejolak hingga batang kemaluannya kembali mengacung keras siap menerkam mangsa lagi.
Pak Sukarto kemudian memegang tubuh Evalina yang masih menangis terisak-isak. Evalina sadar akan apa yang sebentar lagi terjadi kepadanya yaitu sesuatu yang lebih mengerikan. Badan Evalina bergetar ketika Pak Sukarto menidurkan tubuh Evalina di lantai gudang yang kotor itu, Evalina yang mentalnya sudah jatuh seolah tersihir mengikuti arahan Pak Sukarto.
Setelah Evalina terbaring, Pak Sukarto menyingkapkan rok abu-abu seragam SMU Evalina hingga setinggi pinggang.
Kemudian dengan gerakan perlahan, Pak Sukarto memerosotkan celana dalam putih yang masih menutupi selangkangan Evalina. Kedua mata Pak Sukarto pun melotot tajam ke arah kemaluan Evalina. Kemaluan yang merangsang, ditumbuhi rambut yang tidak begitu banyak tapi rapi menutupi bibir vaginanya, indah sekali.
Pak Sukarto langsung saja mengarahkan batang penisnya ke bibir vagina Evalina. Evalina menjerit ketika Pak Sukarto mulai menekan pinggulnya dengan keras, batang penisnya yang panjang dan besar masuk dengan paksa ke dalam liang vagina Evalina.
“Aakkhh..”, Evalina menjerit lagi, tubuhnya menggelepar mengejang dan wajahnya meringis menahan rasa pedih di selangkangannya.
Kedua tangan Evalina ditekannya di atas kepala, sementara ia dengan sekuat tenaga melesakkan batang kemaluannya di vagina Evalina dengan kasar dan bersemangat. GAIRAHPRIA.COM
“Aaiihh..”, Evalina melengking keras di saat dinding keperawanannya berhasil ditembus oleh batang penis Pak Sukarto. Darah pun mengucur dari sela-sela kemaluan Evalina.
“Ohhss.. Hhsshh.. Hhmmh.. Eehhghh..” Pak Sukarto mendesis nikmat.
Setelah berhasil melesakkan batang kemaluannya itu, Pak Sukarto langsung menggenjot tubuh Evalina dengan kasar.
“Oohh.. Oogghh.. Oohh..”, Evalina mengerang-ngerang kesakitan. Tubuhnya terguncang-guncang akibat gerakan Pak Sukarto yang keras dan kasar. Sementara Pak Sukarto yang tidak peduli terus menggenjot Evalina dengan bernafsu. Batang penisnya basah kuyup oleh cairan vagina Evalina yang mengalir deras bercampur darah keperawanannya.
Sekitar lima menit lamanya Pak Sukarto menggagahi Evalina yang semakin kepayahan itu, sepertinya Pak Sukarto sangat menikmati setiap hentakan demi hentakan dalam menyetubuhi Evalina, sampai akhirnya di menit ke-delapan, tubuh Pak Sukarto kembali mengejang keras, urat-uratnya menonjol keluar dari tubuhnya yang hitam kekar itu dan Pak Sukarto pun berejakulasi.
“Aahh..” Pak Sukarto memekik panjang melampiaskan rasa puasnya yang tiada tara dengan menumpahkan seluruh spermanya di dalam rongga kemaluan Evalina yang tengah menggelepar kepayahan dan kehabisan tenaga karena tak sanggup lagi mengimbangi gerakan-gerakan Pak Sukarto.
Dan akhirnya kedua tubuh itupun kemudian jatuh lunglai di lantai diiringi desahan nafas panjang yang terdengar dari mulut Pak Sukarto. Pak Sukarto puas sekali karena telah berhasil melaksanakan hajatnya yaitu memperkosa gadis cantik yang selama ini menghiasi pandangannya dan menggoda dirinya.
Setelah rehat beberapa menit tepatnya menjelang Isya, akhirnya Pak Sukarto dengan becaknya kembali mengantarkan Evalina yang kondisinya sudah lemah pulang ke rumahnya. Karena masih lemas dan akibat rasa sakit di selangkangannya, Evalina tak mampu lagi berjalan normal hingga Pak Sukarto terpaksa menuntun gadis itu masuk ke dalam rumahnya.
Suasana di lingkungan rumah yang sepi membuat Pak Sukarto dengan leluasa menuntun tubuh lemah Evalina hingga sampai ke teras rumah dan kemudian mendudukkannya di kursi teras. Setelah berbisik ke telinga Evalina bahwa dia berjanji akan datang kembali untuk menikmati tubuhnya yang molek itu, Pak Sukarto pun kemudian meninggalkan Evalina dengan mengayuh becaknya menghilang di kegelapan malam, meninggalkan Evalina yang masih terduduk lemas di kursi teras rumahnya.
|GAIRAHPRIA.COM (MATAUANGSLOT) |GAIRAHPRIA.COM