Cerita Sex Menggauli Anak Montok Yang Masih SMP –

Cerita Sex Menggauli Anak Montok Yang Masih SMP –

Pengalaman aku kali ini berawal beberapa tahun yang lalu, sekitar tahun 1994 – 1997. Saat itu aku baru saja mendapatkan kerjaku di kota medan sumatera utara  sehingga untuk mendapatkan rumah dalam waktu dekat tidak mungkin aku lakukan karena terus terang saja, aku belum mendapatkan tabungan yang cukup untuk membeli rumah. Akhirnya aku putuskan untuk kost didaerah dekat kantor.

Setelah aku dapatkan tempat kost yang aku inginkan, perlu pembaca ketahui, nenek kostku mempunyai cucu perempuan yang saat itu masih berada dibawah bangku SMP, sebut saja namanya Esraa. Esraa adalah sosok yang mengasyikkan jika dilihat, walaupun dia masih dibangku SMP, Esraa mempunyai bentuk tubuh yang montok dan setelah aku banding-bandingkan, Esraa mirip dengan seorang selebitris di Indonesia yang masih single sampai sekarang. Davina Karamoy, sebelumnya namaku Rivan, 31 tahun seorang karyawan di salah satu perusahaan di medan.

Singkat cerita, tanpa terasa 1 tahun sudah aku menjalani masa kostku dan karena aku termasuk orang yang supel, aku cepat beradaptasi dengan lingkungan sekitarnya. Dan karakter aku itu membuat Esraa yang semakin hari semakin ranum dan sexy, tergila-gila dengan aku. Sampai suatu hari aku beranikan diri untuk mencium bibirnya, diluar dugaanku Esraa membalas dengan buasnya.

Sampai akhirnya aktivitas itu menjadi kegiatan rutin antara aku dengan Esraa, sepulang kantor atau memanfaatkan waktu-waktu sepi di kost-kostan. Setiap melakukan hal itu, tanganku yang bandel juga tidak lupa menyelinap di balik CD nya dan sedikit menggesek-gesekan jari telunjukku di ujung clitorisnya. Dan walaupun aku hanya menggesekkan adik kecilku tetapi setiap aktivitas itu, aku selalu mencapai klimaks. 3 tahun ternyata waktu yang sedikit untuk menikmati hal itu. Sampai akhirnya aku harus keluar dari kost-kostan dan Esraa harus kuliah di kota dingin Makassar.

Setelah sekian tahun lamanya aku tidak mendengar kabar tentang Esraa, di tahun 2001 aku iseng-iseng call Esraa di rumahnya dan walhasil dari obrolan pertama di telepon tersebut, aku dapatkan nomor phone dia di Makassar dan juga dia memberikan nomor HP. Akhirnya kita berdua sering kontak via telephone, walaupun aku sudah berstatus nggak bujang lagi, tetapi dia tetap saja bilang kalau masih sayang sama aku. Sampai akhirnya kita janjian untuk ketemu saat dia week end, karena setiap hari itu Esraa selalu rajin pulang.

Pucuk ditunggu ulam pun tiba, dengan perasaan deg-degan akhirnya aku bertemu dengan sosok Esraa yang dulu masih lugu dan centil, sekarang tumbuh menjadi gadis yang Seksi, sintal dengan ukuran bra 33. Waw, semakin aku menelan ludah setiap melihat tubuhnya yang Seksi.

“Mas Rivan, gimana khabarnya,” tanya Esraa merusak pikiranku yang jorok.

“Ee.. baik, bagaimana dengan kamu?” jawabku gugup.

Kita berdua bercerita panjang lebar setelah sekaian lama nggak ketemu, Sampai akhirnya aku harus antar dia balik ke rumahnya di sUrabaya.

“En, kamu sudah punya pacar..?” tanyaku.

“Lagi blank nih Mas.. ” jawab Endha tangkas

“O yah, kamu masih inget nggak saat aku ajarin kamu berciuman dulu?” godaku.

“Ihh, Mas Rivan emang bandel kok,” sambil mencubit lenganku.

“Aow..,” aku meringis kesakitan.

“Kamu mau nggak kalau aku terusin pelajarannya,” tanyaku sekali lagi.

“Mau aja asal Mas yang ajarin,” jawaban Esraa membuat aku merinding.

Setelah kita bercanda dan bercerita panjang lebar, akhirnya aku menawarkan diri untuk ketemu minggu depannya lagi.

“Esraa, minggu depan ketemu lagi yuk,” ajakku.

“Boleh deh Mas..,” jawab Esraa dengan ceria.

“Tapi nginep ya di hotel?” godaku.

“Lho ngapain?” Esraa balas bertanya.

“Katanya mau lanjutin pelajarannya..” aku mencoba memancing .

“Nakaall Mas Rivan.. nih.”

Tanpa terasa akhirnya Esraa harus turun di dekat rumahnya.

“Ma kasih ya Mas, sampai ketemu minggu depan,” sambil pamit Esraa mengecup pipiku. Alamak, darah mudaku bergejolak menerima sentuhan bibirnya yang mungil. Aku perhatikan lenggak-lenggok pinggulnya meninggalkan mobil starletku, sembari aku membayangkan seandainya aku bisa menikmati tubuh kamu Esraa, duh betapa bahagainya diriku.

Satu minggu tanpa terasa aku lewatin, sampailah aku ketemu dengan Esraa. Kali ini aku sudah booking hotel berbintang di pinggiran kota untuk satu malam. Tepat pukul 17.00, sepulang kantor aku bergegas mengemasi pekerjaan aku dan meluncur di tempat yang sudah kita sepakati bersama.

Bulu kudukku merinding saat dia memasuki mobilku, parfumnya yang harum sontak menggugah saraf kelaki-lakianku.

Tanpa pikir panjang, aku segera meluncur menuju hotel yang sudah aku booking sehari sebelumnya. Jujur saja, buat Esraa ini adalah hal yang pertama masuk di hotel, sehingga dia sedikit kaku untuk lingkungan yang ada. Setelah chek ni, aku bergegas menuju lift untuk langsung ke kamar.

“Mas, aku mau mandi dulu ya..?” pinta Esraa.

“Oke silahkan, apa mau aku mandiin,” godaku.

“Nggak ah, nakal Mas Rivan nih..” sambil menjawab seperti itu, Esraa bergegas menuju kamar mandi, dengan dibalut sehelai handuk, Esraa berjalan gontai menuju kamar mandi. Mataku benar-benar tidak bisa berkedip melihat pemandangan tubuh Esraa yang benar-benar menggairahkan. Pikiranku melayang saat membayangkan kemolekan tubuhnya.

15 menit berikutnya Esraa keluar kamar mandi dengan menggunakan gaun tidur yang tipis, hingga membuat darah sex aku naik ke ubun-ubun. Akan tetapi aku berusaha mengendalikan gejolak nafsuku di depan Esraa karena memang di depan dia, aku adalah figur seorang kakak yang baik.

“O ya Esraa, kamu mau makan apa sekalian pesannya,” tanyaku untuk menutupi gejolak bathinku.

“Terserah Mas deh,” jawabnya.

Singkat cerita, waktu sudah menunjukkan pukul 20.10 menit dan tanpa terasa kami sudah bercerita panjang lebar, untuk sekedar melepas kangen. Kita berdua bercengkrama, bercanda cerita tentang apapun, sampai akhirnya..

“En, kamu serius mau lanjutin pelajarannya,” tanyaku serius.

“He eh Mas Rivan,” jawabnya.

“Esraa..” aku tidak meneruskan pertanyaanku karena dengan cepat aku langsung menyerbu bibir Esraa yang mungil.

“Mas..” Esraa mendesah sambil memeluk badanku erat, tangannya yang bandel mulai meraba daerah sensitifku, sesekali memainkan rambutku. Esraa mengelus kudukku sehingga membuat aku terangsang hebat.

Lidah Esraa yang nakal, sesekali mengimbangi lidahku yag menjelajah seluruh bibirnya. Jemariku mulai bergerilya untuk melepas pengait BH Esraa. Pengait BH nya terlepas,

“Mas.. kamu memang guru yang baik,” sambil aku benamkan dalam-dalam wajahku dalam belahan payudaranya yang montok.

Sekitar 15 aku bercumbu dengan Esraa, aku semakin penasaran dengan apa yang ada dibalik CD nya. Dengan perlahan aku mulai berusaha membuka CD yang dikenakan oleh Esraa dan kegiatan aku semakin mudah karena Esraa berusaha mengangkat pantatnya sehingga memudahkan aku untuk mempreteli CD nya.

Alamak! bulu yang tumbuh masih halus sekali dan baunya wow.. ranum sekali segar, tanpa berpikir panjang aku segera membuka kedua pahanya dan mengunci dengan lenganku sehingga memek Esraa yang masih merah terpampang jelas didepan mataku. Dengan usapan halus, lidahku yang bandel mulai menjelajahi setiap mm permukaan memek Esraa.

“Oh.. Mas Rivan.. asyik sekali Mas.. ughh,” rintih Esraa saat lidahku mulai nakal menguak lubang surganya. Tubuh Esraa seperti cacing kepanasan menerima setiapa jilatan lidahku, hisapan lidahku dan sesekali mengangkat pantatnya saat lidahku masuk dalam-dalam lubang vaginanya. Sesekali tangannya meremas rambutku yang sedikit gondrong, dan hal itu membuat gairahku semakin naik.

“Mas Rivan.. enak sekali Mas.. oh.. kenapa nggak dulu-dulu Mas,” rengek Esraa sambil melihat lidahku sedang mengerjai vaginanya. Clitorisnya yang semakin membesar memudahkanku untuk membuat Esraa Melayang. Ternyata Esraa type orang yang mudah orgasme terbukti 10 menit pertama dia mengerang sambil menaik turunkan pantatnya.

“Mas.. Mas Rivan, Esraa kebelet pipis Mas.. aduh,” rintih Enda.

“Pipis aja sayang di mulut Mas..” jawabku.

“Mas.. aduh.. Esraa nggak kuat..” Esraa menjerit lirih sambil menggapitkan kedua pahanya di kepalaku. Dengan cekatan aku langsung membuka lebar mulutku dan cairan yang keluar begitu banyak sehingga aku merasakan minum air putih.

“Aduh Mas Rivan.. sudah sayang.. uh.. nikmat sekali Mas, kamu memang pandai dalam bercinta aakhh..” kata Esraa. Aku tidak mendengar kan rintihannya, karena aku berkonsentrasi untuk ronde berikutnya karena aku ingin Esraa merasakan nikmatnya bercinta dengan aku.

Setelah cairan yang keluar aku berihkan dengan cara aku jilatin, Esraa kembali terangsang saat clitorisnya aku gesek dengan batang kemaluanku.

“Wow.. panjang sekali Mas Rivan.. aku suka banget.”

Esraa mulai menjilati dan mengulum batang kemaluanku, sepertinya dia sangat pandai mengoral cowok.

“Aakhh.. Esraa.. kamu pinter tuh,” erangku.

Esraa tidak menjawab pujianku, dia semakin lahap menelan dan mengulum serta meghisap penisku, aku merem melek setiap penisku masuk dalam mulutnya.

Dasar aku, dengan kecepatan yang tidak diduga, aku langsung meraih selangkangan Esraa sehingga posisi kamu menjadi 69. Kita berdua saling membuat rangsangan pada daerah-daerah yang sensitif.

Tidak selang berapa lama,

“Mmm, Mas Rivan.. aku.. pipis lagi.. oh..” Esraa menggelepar kedua kalinya menerima serangan lidahku dan aku tidak tinggal diam, segera aku membalikan tubuh Esraa dihadapanku dan,

“Esraa kamu masih virgin?” tanyaku.

“Mungkin sudah tidak Mas,?” jawab Esraa.

Aku sedikit kaget sembari bertanya, “Siapa yang lakukan pertama?”

“Aku pernah jatuh Mas, terus ngeluarin darah.”

Sambil membisikna kata mesra, aku berusaha mencari lubang untuk adik kecilku yang sudah mulai menegang 7 kali lipat dari biasanya. Dengan bantuan sisa cairan yang masih ada di sekitar vagina Esraa, penisku mulai mencari lubangnya dan bless.

“Mas Rivan.. enak sekali sayang.”

Esraa membantu mempermudah aku untuk memasukan penisku, sambil mendekap tubuhku, dia mulai memutar pinggulnya, sehingga penisku terasa ada yang memijit.

“Ooh.. Mas Rivan, kenapa tidak dari dulu kau berikan kenikmatan ini padaku..” Esraa berkelenjotan menerima sodokan penisku.

“Crek crekk crek” penisku keluar masuk dalam lubang vaginanya yang sudah mulai becek dan basah kuyup.

“Mas.. Esraa, pipis lagi.. ahh..” Esraa menjerit panjang saat orgasme yang ketiga diraihnya.

Aku sudah tidak mempedulikan keadaan dia yang masih lemas setelah 3 kali orgasme, aku langsung membalik tubuh Esraa sehingga posisi Esraa sekarang seperti doggi style. Dengan leluasa aku bisa mengentot Esraa dari belakang dengan keringat bercucuran.

“Mas.. kamu memang jago.. ooh.. uughh..” Esraa merintih saat penisku masuk semua sampai pangkal batang kemaluanku. Tangannya yang halus hanya bisa mencengkeran seprei hotel saat menahan kenikmatan yang aku berikan. Pikiranku hanya satu, aku harus bisa memberikan kepuasan yang abadi untuk Esraa, sehingga kalau dia butuh lagi pasti mencariku.

40 menit sudah pergumulan ini terjadi, entah berapa kali sudah Esraa orgasme. Sampai akhirnya aku sendiri sudah merasakan klimaks sudah di ubun-ubun.

“Esraa.. Mas mau keluar nih..,” rintihku.

“Iya Mas, jangan dikeluarin didalam ya Mas..,” pinta Esraa.

“Iyaa.. sayang.. duh, tubuh kamu benar-benar montok sayang.. uughh.”

Aku merintih saat dia mulai meggoyang untuk ke sekian kalinya, gila gadis muda yang dulu aku kenal masih lugu, sekarang sudah menjadi pasanganku untuk bercinta.

“Esraa.. ohh Mas keluar..,” secepat kilat aku mencabut penisku dan mengarahkan ke mulut Esraa. “Aowww..” spermaku muncrat diwajah Esraa. Esraa menjilati penisku dengn lahap sampai tidak tesisa sedikitpun spermaku yang keluar..

“Mas, kamu memang guru jempolan.. aku sudah 9 kali orgasme, Mas Rivan baru sekali.. kamu hebat Mas,” cerita Esraa. “Kamu suka sayang,” tanyaku. “Suka banget, kamu maukan selalu berikan kenikmatan itu untukku?” balas Esraa bertanya. “Iya sayang, aku janji memberikan kenikmatan itu.”

Esraa memelukku dan membimbing aku untuk ke kamar mandi, dan dalam kamar mandipun aku juga melakukan lagi sampai pukul 3 dini hari. Sangat romantis bercinta dengan mantan anak ibu kost, karena dia juga baru pertama ini mengalami orgasme yang luar biasa dan sampai sekarang aku masih kontak-kontak sama dia, tepatnya saat dia butuh, aku segera atur jadwalku.